BeritaVerma Klaim Dominasi India, Lopez-Arenas Selamatkan Muka Tuan Rumah

18 Juni 2023

LAPORAN DARI MEDELLIN

Sejarah kembali tercetak di divisi compound dengan tampilnya beregu putra dari Guatemala sebagai peraih medali emas. Sementara India menjadi batu sandungan bagi Schloesser, peringkat satu dunia compound putra, untuk dua seri World Cup belakangan.

MEDELLIN, 18 Juni 2023 – India kembali mengklaim dominasinya di compound putra dengan membawa pulang medali emas di ajang Hyundai Archery World Cup Stage (AWCS) 3 di Medellin, Kolombia melalui penampilan fantastis Abhishek Verma. Pada World Cup Stage 2 di Shanghai, rekan senegaranya sekaligus juniornya Jawkar, tampil sebagai jawara di ajang tersebut.

Seperti tidak kehabisan amunisi, India selalu mencuri medali emas pada setiap ajang World Cup Stage. Kali ini giliran Verma, 33 tahun, yang sudah berpengalaman di ajang World Cup Stage dengan tujuh medali emas sebelumnya. Tidak heran jika dia tampil konsisten pada ajang tersebut dan berhasil melalui tantangan demi tantangan, termasuk pertarungannya dengan Mike Schloesser di babak perempat final.

Dengan Schloesser adalah final sesungguhnya, karena keduanya harus menyelesaikan pertarungan hingga ke babak shoot off. Keduanya sama-sama menghasilkan tiga kali perfect score dan dua kali 29, sehingga total skor menjadi 148 – 148. India memang menjadi batu sandungan bagi Schloesser, peringkat satu dunia compound putra, untuk dua seri World Cup belakangan. Panah terakhir keduanya menembus angka 10, tetapi Verma lebih dekat ke X.

Sebelum sampai ke final, Verma menang atas pemanah Brasil Lucas Abreu. Dia kembali mendapatkan tiga kali perfect score dan dua kali 29, sama seperti ketika berhadapan dengan Schloesser. Lalu, pada partai puncak, kembali Verma menunjukkan konsistensinya dengan mencerak tiga kali perfect score dan dua kali 29. Total skor 148 menjadi angka keberuntungan Verma, setelah membekuk pemanah asal Amerika Serikat James Lutz.

“Saya sangat senang dengan hasil ini dan masa-masa indah pada partai final sebelumnya menuntun saya untuk tetap tenang. Tidak masalah siapapun lawannya, saya tetap ingin fokus pada tembakan saya dan memberikan yang terbaik. Tidak sabar untuk berada di final nanti,” ujar Verma.

Mengomentari penampilannya, Lutz mengatakan, sangat menyakitkan memang kalah dengan skor yang tipis. Tetapi, segala sesuatu bisa terjadi di panahan. “Saya hanya membuat sebuah kesalahan kecil dengan tembakan yang buruk,” katanya. Lutz pantas terpukul, karena pertarungannya dengan Verma menyisakan perbedaan tipis. Andai saja salah satu anak panah Lutz tidak meleset ke angka 8, hasilnya bisa menjadi berbeda.

Di sisi lain, tuan rumah Kolombia akhirnya bernapas lega. Demikian pun Lopez, yang akhirnya meraih medali emas untuk nomor beregu campuran. Itu adalah final ketiganya di rumahnya sendiri. Lopez bertarung di tiga final pada World Cup Stage 3 tersebut, di antaranya di final compound putri, final beregu putri, dan final beregu campuran. Dua kali dia dipencundangi Amerika Serikat, walaupun keberuntungan di beregu campuran sudah lebih dulu menyertai langkahnya.

Lopez-Arenas mengalahkan Quintero-Garcia dari Meksiko. Tidak mudah untuk mengalahkan Meksiko, tim tangguh lainnya yang sering mampir di partai final dan merebut medali emas. Lopez-Arenas mengawali putaran pertama dengan keunggulan tipis 39 – 38, kemudian disamakan oleh Meksiko pada putaran kedua 78 – 78, dan berlanjut pada putaran ketiga 117 – 117. Pembedanya adalah putaran terakhir, Kolombia mencetak skor 37 sedangkan Meksiko 35, kedudukan menjadi 154 – 152 untuk Kolombia.

Sejarah kembali tercetak di divisi compound dengan tampilnya beregu putra dari Guatemala sebagai peraih medali emas. Pada partai puncak, Guatemala yang diperkuat Barillas, Del Cid, Salazar mengalahkan tim kuat Meksiko, yang diwakili Becerra, Del Rio, Garcia. Final itu mewakili kontinental Amerika Latin, yang punya sejarah dan tradisi dalam memanah.

Sejak awal Guatemala sudah unggul, dengan total tembakan 59 – 58 – 58 – 60. Sementara itu, Meksiko menghasilkan total tembakan 57 – 57 – 57 – 59 untuk empat kali putaran. Kedudukan akhir menjadi 235 – 230 untuk Guatemala.

Berikut adalah peraih medali emas untuk divisi compound:

Compound Putra: Abhishek Verma (India)
Compund Putri: Liko Arreola (USA)
Beregu Putra: Barillas, Del Cid, Salazar (Guatemala)
Beregu Putri: Liko, Dean Ruiz (USA)
Beregu Campuran: Sara Lopez, Sebastian Arenas (Kolombia)

https://www.indonesiaarchery.org/wp-content/uploads/2023/03/all-logo-copy.png

All contents © copyright Indonesia Archery. All rights reserved.