HomeTentang Perpani

Persatuan Panahan Indonesia (bahasa Inggris: Indonesia Archery Association) atau disingkat Perpani adalah perkumpulan organisasi keolahragaan panahan nasional yang berwenang dan bertanggung jawab mengelola, membina, mengembangkan, dan mengkoordinasikan setiap dan seluruh pelaksanaan kegiatan olahraga panahan di Indonesia.

Perpani didirikan pada 12 Juli 1953 di Yogyakarta atas prakarsa Sri Paku Alam VIII yang menjadi ketua umum dari awal berdirinya sampa tahun 1977. Dengan terbentuknya Organisasi Induk Perpani, maka langkah pertama yang dilakukan adalah menjadi anggota FITA (Federation Internationale de Tir A L’arc). Indonesia diterima sebagai anggota FITA pada tahun 1959 pada konggresnya di Oslo, Norwegia.

Musyawarah nasional (Munas) ke-20 Perpani telah menetapkan secara resmi Arsjad Rasjid sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Perpani periode 2022-2026. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia tersebut meraih 18 suara, mengungguli bakal calon lain Agus Joko Pramono melalui pemungutan suara bulat oleh perwakilan 33 Provinsi, di Jakarta, pada Selasa (20/12/2022).

Sejarah

Panahan adalah kegiatan menggunakan busur panah untuk menembakkan anak panah. Bukti-bukti menunjukkan panahan dimulai sejak 5.000 tahun lalu. Awalnya, panahan digunakan dalam berburu sebelum berkembang sebagai senjata dalam pertempuran dan kemudian jadi olahraga ketepatan. Dari buku-buku dilukiskan bahwa orang purbakala telah melakukan panahan yaitu menggunakan busur dan panah untuk berburu dan untuk mempertahankan hidup. Bahkan dari beberapa buku lain melukiskan bahwa lebih dari 100.000 tahun yang lalu suku Neanderthal telah menggunakan busur dan panah.

Ahli-ahli purbakala dalam penggalian di Mesir juga telah menemukan tubuh seorang prajurit Mesir Kuno yang mati ditembus anak panah. Data menunjukkan bahwa kejadian itu terjadi kira-kira 2100 tahun sebelum masehi. Selain itu, literatur lain menuliskan bahwa sampai kira-kira tahun 1600 sesudah Masehi, busur dan panah merupakan senjata utama setiap negara dan bangsa untuk berperang.

Atas prakarsa Raja Charles II dari Inggris, panahan mulai dipandang sebagai suatu cabang olahraga. Menurut World Archery, kompetisi panahan pertama kali berlangsung di Finsbury, Inggris pada tahun 1583 yang diikuti oleh sekitar 3.000 peserta.

Pada tahun 1844 di Inggris diselenggarakan perlombaan panahan kejuaraan nasional dengan nama GNAS (Grand National Archery Society). Panahan menjadi cabang olahraga Olimpiade pada 1900 untuk pria dan 1904 untuk wanita.

Sejarah Cabang Olahraga Panahan di Indonesia

Panahan telah ikut ambil bagian dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) Pertama di Kota Solo pada tahun 1948. Panahan cabang termasuk yang banyak diminati peserta. Melihat respons yang begitu positif maka Sri Paku Alam VIII kemudian mendirikan Persatu Panahan Indonesia (Perpani), pada 12 Juli 1953. Sri Paku Alam VIII didaulat sebagai Ketua Umum Perpani dari tahun 1953-1977.

Dengan terbentuknya Organisasi Induk Perpani, maka langkah pertama yang dilakukan adalah menjadi anggota FITA (Federation Internationale de Tir A L’arc). Indonesia diterima sebagai anggota FITA pada tahun 1959 pada konggresnya di Oslo, Norwegia.

Sejak saat itu Panahan di Indonesia maju pesat, walaupun pada tahun-tahun pertama kegiatan Panahan hanya terdapat di beberapa kota di pulau Jawa saja. Kini boleh dikatakan bahwa hampir di setiap penjuru tanah air, Panahan sudah mulai dikenal.

Dengan diterimanya sebagai anggota FITA, maka pada waktu itu di Indonesia selain dikenal jenis Panahan tradisional dengan ciri-ciri menembak dengan gaya duduk dan instinctive, maka dikenal pula jenis ronde FITA yang merupakan jenis ronde Internasional, yang menggunakan alat-alat bantuan luar negeri yang lebih modern dengan gaya menembak berdiri. Dan dengan demikian terbuka pulalah kesempatan bagi pemanah Indonesia untuk mengambil bagian dalam pertandingan-pertandingan Internasional.

Sejak Kongres Perpani tahun 1981 bersamaan dengan PON X, pola kebijaksanaan Perpani diubah. Kejuaraan Nasional diselenggarakan setiap tahun (kecuali tahun diselenggarakannya PON tidak ada Kejuaraan Nasional). Kejuaraan tersebut memperlombakan ketiga ronde Panahan sekaligus yaitu Ronde FITA, Ronde Perpani dan Ronde Tradisional.

Sebelum tahun 1959, panahan hanya memperlombakan Ronde Tradisional, yaitu ronde duduk, dengan hanya satu jarak 30 meter, dengan 48 tambahan 4 anak panah. Selain itu sasaran bulatannya pun hanya dibagi tiga bagian saja.

Atlet dan Prestasi Panahan

Atlet Panahan yang terkenal adalah Donald Pandiangan, bahkan disebut sebagai Robinhood Indonesia. Kemudian Donald membimbing beberapa atlet panahan antara lain Nurfitriyana Saiman, Lilies Handayani dan Kusuma Wardhani. Ketiganya sanggup mengukir prestasi gemilang meraih medali Perak pada Olimpiade Seoul 1988 di Seoul, Korsel. Nurfitriyana Saiman, Lilies Handayani, dan Kusuma Wardhani sampai kini disebut sebagai Trio Srikandi Indonesia.

Prestasi mereka begitu menarik sampai kemudian tahun 2016 dibuatlah film layar lebar tentang mereka berjudul 3 Srikandi yang diperankan oleh Bunga Citra Lestari, Tara Basro dan Chelsea Islan.

Perolehan satu medali perak pada Olimpiade Seoul 1988 menjadi catatan bersejarah bagi Indonesia. Sebab, untuk pertama kalinya dalam 36 tahun, Indonesia mendapatkan medali olimpiade.

Sejak Olimpiade Los Angeles 1984, Indonesia selalu mengirimkan wakilnya di cabor panahan meskipun pulang tanpa medali. Pada Olimpiade Tokyo 2020, Indonesia mengirimkan atlet Diananda Choirunisa, Riau Ega Agatha Salsabila, Arif Dwi Pangestu, dan Alviyanto Bagas Prastyadi yang juga pulang tanpa medali.

Di tingkat Asia, Indonesia harus berjuang keras menghadapi dominasi atlet panahan Korea dan India. Pada ajang Asian Games 2018, atlet panahan Indonesia menyumbangkan satu perak dan perunggu melalui Diananda Choirunisa dan Riau Ega Agata Salsabilla.

Sedangkan di Asia Tenggara, panahan selalu langganan cabang olahraga peraih medali. Pada SEA Games 2021 atlet panahan Indonesia kembali mengukir prestasi dengan mendapatkan 5 medali emas dan 1 medali perak.

Atlet beregu putra yang berhasil meraih medali emas dari nomor compound ialah Wisnu Prima Wardhana, Pratama Handika, dan Adika Deki Hastian. Sedangkan untuk perorangan putra, medali emas diraih oleh Arif Dwi Pangestu.

https://www.indonesiaarchery.org/wp-content/uploads/2023/03/all-logo-copy.png

All contents © copyright Indonesia Archery. All rights reserved.