BeritaBertabur Perfect Score dan Decak Kagum, Korea – India Berbagi Emas di Compound Individu

20 Mei 2023

LAPORAN DARI SHANGHAI

Menapaki tangga juara untuk memperebutkan medali emas maupun perunggu di cabang olahraga panahan, Anda butuh perfecta score. Sekurang-kurang itulah yang ditunjukkan keempat semifinalis compound putra dan putri. Di level itu, mereka hanya harus menembak untuk angka 29 atau 30. Selebihnya, Anda memakan atau dimakan!

SHANGHAI, 20 Mei 2023 – Shanghai memberikan tontonan yang menarik di laga final compound putra dan putri pada ajang Hyundai Archery World Cup Stage (AWCS) 2. Tampilnya world number one Mike Schloesser dan Ella Gibson, dua wakil Korea Yang Jaewong dan Cho Su A, serta dua pemanah muda berbakat dari India Samathan Jawkar dan Avneet Kaur, membuat laga final itu sarat gengsi, penuh determinasi, dan decak kagum.

Schloesser dan Gibson selalu terdorong untuk membuktikan mereka pantas berada di rangking satu dunia, sedangkan Yang Jaewong dan Cho Su A menyadari bahwa mereka adalah wakil Korea Selatan. Lagipula, mereka juga membawa beban sang pelatih Reo Wilde, satu-satunya pelatih asing di Korea, yang pada turnamen ini selalu mendampingi mereka di tepi lapangan.

Dan dua India, adalah pemanah muda, yang haus pembuktian, gelar, dan pengakuan. Mereka adalah generasi emas India, yang bersama Jyoty Vennam dan Deotale, telah mendominasi sekurang-kurangnya untuk dua World Cup Stage, baik di Turki maupun di Shanghai kini.

Menapaki tangga juara, baik untuk memperebutkan medali emas maupun perunggu di cabang olahraga panahan, butuh kesempurnaan. Lebih tepatnya, nyaris sempurna. Sekurang-kurang itulah yang ditunjukkan keempat semifinalis compound putra dan putri. Di level itu, mereka hanya harus menembak untuk angka 29 atau 30. Skor itu memaksa mereka untuk tidak boleh meleset dari bidang sasar X, 10, dan 9. Selebihnya, Anda memakan atau dimakan!

Demikian yang dipertontonkan pada laga Kaur versus Gibson pada semifinal pertama di nomor individu compound, Sabtu (20/5) kemarin. Keduanya hanya bermain di angka X, 10, dan 9. Baik Kaur maupun Gibson sama-sama menghasilkan skor 30 sekali, namun Gibson lebih beruntung karena empat putaran lainnya mencetak skor 29. Hasil akhir berpihak pada Gibson dengan total skor 146 – 144.

Kaur akhirnya membayar lunas kekalahannya di semifinal dengan merebut medali perunggu dari wakil Turki Ipek Tomruk. Dia berhasil mengumpulkan dua kali 30 dan tiga kali 29 pada lima putaran untuk mengalahkan Tomruk dengan total skor 147 – 144.

Pada laga semifinalnya, Cho Su A  tidak mendapat kesulitan berarti ketika mengalahkan wakil Turki Ipek Tomruk dengan skor 145 – 140. Dari lima putaran, Tomruk mengumpulkan lima kali 28 dari kombinasi 10 dan 9. Walaupun sekali anak panahnya meleset ke angka 8, Cho Su A  berhasil mencapai dua kali 30, dua kali 28, dan sekali 29.

Yang patut disayangkan adalah penampilan Gibson di laga penentuan. Kegemilangannya menempatkan anak panah di poin X, 10, 9 jauh menurun dibandingkan yang dipertontonkan Cho Su A. Gibson membuka putaran pertama dengan 27 dan dibalas Cho Su A dengan 30, lalu putaran kedua Gibson meraih 29 sedangkan Cho Su A 28.

Dua putaran berikut milik Korea, karena Cho Su A berhasil mengumpulkan dua kali 30, sedangkan Gibson harus puas dengan 28 dan 26. Walaupun pada putaran akhir Gibson mencetak 30 dan Cho Su A cuma 28, skor final berpihak pada Cho Su A 146 – 140. Medali emas pertama akhirnya milik Cho Su A.

Adu gengsi dan determinasi juga terjadi antara Schloesser dan Jawkar. Dengan hasil yang diperoleh Schloesser pada laga semifinal ketika berhadapan dengan Yang Jaewong, tribun penonton sepertinya berpihak kepada Schloesser untuk tambahan emas lainnya di World Cup Stage. Schloesser sangat perkasa ketika mengalahkan Jaewong dengan skor nyaris sempurna 149. Cuma sekali anak panah Schloesser mampir di angka 9, selebihnya pemanah asal Belanda itu mengumpulkan skor sempurna, empat kali 30 dari kombinasi X dan 10.

Sementara itu, performa Jawkar berada tipis di bawah Schloesser ketika berhadapan dengan Robin Jaatma. Dia mengumpulkan skor final 147 dari dua kali angka 30 dan tiga kali 29. Namun, penonton dibuat tercengang dan berdecak kagum dengan penampilan gemilang pemain muda India itu pada babak final. Schloesser sendiri boleh dibilang tak pernah gagal untuk dua putaran final itu.

Pada putaran pertama, Jawkar dan Schloesser sama-sama mengumpulkan skor 29, dengan masing-masing satu kali anak panah meleset ke angka 9. Putaran kedua hingga keempat, keduanya bermain seperti kesetanan. Benar-benar final dengan adu skill, mental, dan gengsi yang memacu adrenalin. Karena keduanya mampu saling berbalas mencetak perfecta score atau skor 30 pada putaran kedua hingga keempat.

Putaran terakhir sebagai penentu kemenangan, tiga anak panah Jawkar menancap di angka 10 – X – 10 dan skor 30 untuk Jawkar. Sementara itu, tiga anak panah terakhir Schloesser menancap di angka 10 – 10 – 9, skor menjadi 29. Jawkar mengulang kembali kegemilangan Schloesser untuk mengalahkan pemanah Belanda dan world number one itu dengan skor nyaris sempurna 149 – 148. Pembedanya, dua anak panah Schloesser bersarang di angka 9, sedangkan hanya satu anak panah Jawkar di angka 9.

“Saya bermain di bawah tekanan, karena saya tahu lawan yang saya hadapi jauh lebih berpengalaman dan world number one. Saya memilih untuk fokus pada tembakan saya, tidak ingin membuat kesalahan kecil apapun, dan melupakan siapa lawan yang saya hadapi,” ujar Jawkar setelah memastikan emas di tangan.

Schloesser nampak kecewa dengan hasil yang dia peroleh di final individu. Namun, kebahagiaan itu berbagi rasa dengan emas yang sudah dia raih di beregu putra. “Saatnya kembali ke rumah dengan membawa medali emas untuk beregu putra dan medali perak untuk individu. Saya menepuk pantat saya dengan hasil yang dicapai di final individual, tetapi rasanya itu tidak akan cukup. Saya akan kembali kuat dan bersiap untuk kompetisi selanjutnya,” kata dia.

Cho punya cara berbeda untuk memotivasi dirinya dalam menggapai emas. Sebelum berada di garis depan partai final, dia mengatakan kepada Reo Wilde, sang pelatih. “Apabila saya meraih medali emas, Anda harus mentraktir saya es krim untuk kemenangan itu.” Dan segera setelah Cho turun dari podium nomor satu dengan emas di lehernya, dia berkata kepada Wilde, “Saatnya sekarang kita merayakan kemenangan dengan es krim.  Es krim favorit saya adalah strawberry, bagaimana Anda?” Sambil berpaling ke Wilde.

Podium Individu Compound Putra dan Putri di Shanghai:

Compound women

KOR flag Su A Cho, Korea

GBR flag Ella Gibson, Great Britain

IND flag Avneet Kaur, India

Compound men

IND flag Prathamesh Samadhan Jawkar, India

NED flag Mike Schloesser, Netherlands

KOR flag Yang Jaewon, Korea

https://www.indonesiaarchery.org/wp-content/uploads/2023/03/all-logo-copy.png

All contents © copyright Indonesia Archery. All rights reserved.