BeritaAtlet Panahan Indonesia Berjibaku di Antara Perang Para Bintang

18 April 2023

LAPORAN DARI ANTALYA

Kendati rangking atlet Indonesia jauh di bawah para pemain panahan top dunia tersebut, atlet-atlet Indonesia telah diproyeksi untuk menyamai rekor poin para pemain panahan top dunia tersebut

ANTALYA, 18 April 2023 – Tidak mudah perjuangan Tim Panahan Merah Putih di Hyundai Archery World Cup Stage I (AWCS) di Antalya, Turki. Pertarungan tersebut melibatkan tidak hanya para juara di podium teratas pada AWCS tahun lalu, tetapi juga para atlet panahan yang menduduki rangking pertama dunia saat ini.

Sekurang-kurangnya ada tiga motivasi yang melatarbelakangi hadirnya para pemain panahan kelas dunia tersebut. Mereka ingin merebut podium teratas di Antalya, menyusul salah satu saingan terberat dari Korea Selatan absen dari turnamen ini. Dengan mendapatkan podium teratas, otomatis para jawara tersebut akan hadir di Hyundai Archery World Cup Final pada September di Hermosillo, Meksiko.

Selain itu, para pemain dunia ini juga ingin mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya. Ranking dunia tersebut sangat menentukan untuk kelolosan dalam perhitungan kualifikasi Olimpiade Paris 2024.

Dari pantauan indonesiaarchery.org, perang bintang akan tersaji di Antalya. Para pemain bintang tersebut, antara lain para juara bertahan di AWCS I tahun lalu:

Sementara itu, tidak kalah sengitnya, para pemain top rangking dunia juga turut serta dalam perebutan gelar tersebut, antara lain:

Coach Denny Decko mengatakan, kendati rangking atlet Indonesia jauh di bawah para pemain panahan top dunia tersebut, atlet-atlet Indonesia telah diproyeksi untuk menyamai rekor poin para pemain panahan top dunia tersebut. Dalam sesi latihan, rekor tembakan dari para atlet, terutama atlet senior Indonesia terus dimotivasi untuk menyamai rekor tembakan para pemain top dunia itu.

Atlet Indonesia yang sudah berpengalaman di AWCS, di antaranya Sri Ranti untuk divisi compound tercatat tampil untuk ketiga kalinya di ajang tersebut. Arief Pangestu dan Bagas Prastyadi dari recurve akan menjalani penampilan ketiga, Diananda Choirunisa menjalani penampilan ketujuh, dan Rezza Octavia tampil ketiga kalinya.

Satu-satunya atlet Indonesia yang pernah merebut medali perunggu di ajang AWCS I pada 2017 di Shanghai, China adalah Riau Ega. Kala itu, Riau Ega bersaing dengan Kim Woojin dan Ku Bonchan, keduanya dari Korea Selatan.

Secara keseluruhan, jumlah atlet yang tampil pada ajang AWCS sebanyak lebih dari 390 atlet, yang datang dari 52 negara. Recurve putra sebanyak 134 atlet dari 47 negara, recurve putri 106 atlet dari 36 negara, compound putra 86 atlet dari 33 negara, compound putri 65 atlet dari 29 negara, recurve beregu dari 34 tim, dan compound beregu dari 26 tim.

Denny menambahkan, target utama tim Indonesia adalah performance, yaitu mengejar dan mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya untuk rangking dan kualifikasi Olimpiade Paris 2024. Selain itu, ajang ini menjadi ajang adaptasi bagi para atlet untuk bersaing di top level bersama dengan para pemain panahan top dunia.

“Dari sisi prestasi, tentu saja ada target. Jangan sampai atlet kita gugur di babak-babak awal. Tetapi, kalau ada yang melejit sampai mendekati podium, pencapaian itu sudah terbilang luar biasa. Semoga mereka fokus dan dapat mengejar target maksimal, atau bahkan melampaui target tersebut,” katanya.

Hari ini, di lapangan Antalya, atlet compound akan menjalani debut di tahun ini untuk pertandingan level internasional. Seribu harapan digantungkan pada pundak para atlet tersebut. Semoga doa yang dikirim dari Tanah Air berhembus dan menjadi dewi fortuna untuk para atlet yang sedang berlaga di bulan suci ramadhan.

https://www.indonesiaarchery.org/wp-content/uploads/2023/03/all-logo-copy.png

All contents © copyright Indonesia Archery. All rights reserved.