BeritaBerkaca Ke Lumbung Atlet Nasional: Prestasi adalah Kerja Berjenjang!

8 Juli 2023

70 TAHUN PERPANI, BAGIAN 5

Semakin kemampuan pelatih meningkat, atlet yang dihasilkan pun semakin baik kualitasnya. Adanya turnamen yang semakin sering dilakukan bakal menghidupkan iklim kompetisi dan memudahkan seleksi atlet secara fair. Pengprov mendapat atlet terbaik untuk dikirim ke ajang nasional

Jakarta, 08 Juli 2023 – Membawa Indonesia mencetak atlet panahan Indonesia yang berprestasi membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak, salah satunya adalah peran sentral Pengprov PERPANI di daerah. Pasalnya, iklim panahan yang kondusif di daerah bakal berbanding lurus dengan prestasi atlet-atlet panahan di tingkat nasional bahkan dunia.

Untuk saat ini, Jawa Tengah adalah penyumbang terbanyak atlet pelatnas panahan Indonesia, disusul oleh Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan sebagian kecil dari Papua, Kalimantan Timur, Banten, dan Bali.

Selain dari itu, ada juga provinsi-provinsi yang iklim pembinaan dan kompetisi panahannya sudah bertumbuh, antara lain Provinsi Jawa Timur, Kepulauan Riau, Sulawesi Barat. Namun, ada juga yang masih tertatih-tatih, karena berbagai alasan, seperti yang terjadi di Provinsi Maluku dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pada momen perayaan 70 tahun PERPANI, www.indonesiaarchery.org berkesempatan mewawancarai beberapa Pengprov, yang berbagi cerita tentang kondisi panahan di daerah masing-masing.

Sekum Pengprov Perpani Jateng Martin Sudarmono mengatakan, disain pembinaan dan pembibitan atlet panahan di Jateng telah dilakukan secara bottom up. Dengan potensi atlet panahan yang menyebar di 35 Kabupaten/Kota, Jateng mempercayakan pembibitan atlet panahan dari tingkat bawah, dengan melibatkan keluarga-keluarga dan klub-klub panahan.

“Pada setiap Kabupaten/Kota, ada sekitar 5 – 10 klub. Masing-masing klub melakukan pembinaan atlet sesuai dengan kapasitas pelatih yang dimiliki. Terbanyak memang masih di divisi nasional. Tetapi dari gambaran Kejurda Junior Juni lalu, sudah cukup banyak atlet U12 yang bertanding di divisi recurve dan compound,” ujar dia.

Dengan gambaran tersebut, lanjut dia, pelatihan pelatih yang dilakukan rutin setiap tahun telah memberikan banyak pengaruh. Karena semakin kemampuan pelatih meningkat, atlet yang dihasilkan pun semakin baik kualitasnya. Tidak hanya sekedar mengenal panahan dari divisi nasional, tetapi juga sudah beralih ke spesialisasi di divisi compound atau recurve.

Pada setiap kesempatan pelatihan tersebut, Pengprov mewajibkan setiap Kabupaten/Kota mengirimkan satu orang pelatih dan satu orang wasit. Beruntung bahwa Jateng memiliki aset pelatih nasional, seperti Permadi di Pelatnas dan wasit kontinental seperti Jantan Pangestu. Dengan kehadiran pelatih dan wasit profesional, mereka dapat membagikan pengetahuan dan pengalaman untuk meningkatkan kompetensi pelatih dan wasit di Jateng.

Martin menambahkan, untuk terus memupuk spirit berlatih dan menjaga iklim pembibitan yang berkualitas, peran Pengprov adalah menyelenggarakan berbagai turnamen. Melalui turnamen tersebut, Pengprov juga melakukan seleksi atlet terbaik, yang penilaian akhirnya diambil dari akumulasi poin dari setiap turnamen. Dengan demikian, ada sistem kompetisi terbuka, yang memungkinkan setiap atlet bekerja keras untuk merebut tiket menjadi atlet Pengprov.

Di Jateng, ada beberapa turnamen yang menjadi ajang akumulasi poin, di antaranya sirkuit panahan 1, sirkuit panahan 2, Praponprov, Kejurda Senior, Kejurda Junior. Dengan event-event tersebut, Pengprov akan memilih 3 – 5 atlet terbaik, sesuai dengan kebutuhan.

“Selain menjadi ajang seleksi atlet terbaik yang dilakukan secara fair, turnamen-turnamen tersebut menempa mental tanding dan daya juang setiap atlet Jateng. Dan dengan iklim panahan yang ada di Jateng saat ini, tidak heran kalau Jateng saat ini menjadi salah satu penyumbang terbanyak atlet pelatnas. Ada enam atlet pelatnas, dua senior dan empat masih usia remaja. Sementara itu, lapis di bawah mereka sudah mulai berkejaran,” jelasnya.

Dalam hal seleksi atlet, DKI Jakarta juga memiliki sistem yang sama. Sekum Pengprov Perpani DKI Jakarta Kuswahyudi menjelaskan, klub-klub yang tersebar di DKI Jakarta dan wilayah sekitarnya merupakan tulang punggung dalam menghasilkan atlet. Setiap klub, yang tercatat di Pengprov DKI Jakarta, adalah aset, yang terus menerus mendapat pemantauan dari Pengprov.

Klub-klub tersebut beberapa bahkan telah mandiri dalam hal pembibitan atlet dan pelatih, termasuk mengirimkan atlet dan pelatihnya menjalani pemusatan pelatihan, kursus, workshop di Korea Selatan. Hal ini ditunjang oleh animo masyarakat di DKI Jakarta yang sudah terpapar dengan olahraga panahan profesional.

“Dengan adanya klub-klub tersebut, kami menyelenggarakan beberapa turnamen, seperti Jakarta Sirkuit 1, Jakarta Sirkuit 2, Jakarta Grand Prix, Kejurda Senior, Kejurda Junior untuk menghidupkan iklim kompetisi dan melakukan seleksi atlet secara fair,” kata dia.

Kondisi yang hampir sama juga dimiliki oleh Pengprov Jatim, Jabar, dan DI Yogyakarta. Sekum Pengprov Perpani Jatim Eka Bayu mengatakan, turnamen-turnamen seperti Kejurda memiliki peran penting dalam hal pembibitan, seleksi atlet, dan ajang evaluasi untuk kondisi panahan di di daerah. Dalam penyelenggaraan turnamen-turnamen itu, Pengprov dapat menangkap berbagai tantangan yang dialami setiap Kabupaten/Kota. Gambaran itu akan kelihatan dari kualitas atlet, pelatih, dan official yang dikirim ke Kejurda.

Waketum II Pengda Perpani DI Yogyakarta Yudik Prasetyo menegaskan, turnamen di daerah memberikan kesempatan setiap Kabupaten/Kota untuk mengirimkan atlet terbaiknya. Kompetisi itu mendorong Kabupaten/Kota melakukan pembibitan atlet dan menjadi ajang untuk menyaring atlet-atlet muda berbakat.

“Kalau soal standar atlet, kami akan selalu berkaca pada skor yang diselenggakan di tingkat nasional, seperti Kejurnas Junior dan Kejurnas Senior. Kami memacu atlet-atlet kami untuk menaikkan level skor sesuai dengan acuan nasional tersebut. Karena itu, di skala nasional, penting untuk selalu menyelenggarakan turnamen serupa, sebagai acuan bagi daerah untuk meningkatkan level kompetensi dan persaingan,” katanya.

Dengan kondisi panahan di daerah yang telah terbentuk secara berjenjang, kendati memang polanya masih berbeda-beda, seperti yang ada di Pengprov Jateng, DKI Jakarta, Jatim, DI Yogyakarta, Jabar, tidak heran jika daerah-daerah ini yang selalu bersaing di level nasional. Namun, tidak semua daerah seberuntung itu.

https://www.indonesiaarchery.org/wp-content/uploads/2023/03/all-logo-copy.png

All contents © copyright Indonesia Archery. All rights reserved.