BeritaPanahan Indonesia, Lahir Dari dan Untuk Menciptakan Tradisi

30 Juni 2023

70 TAHUN PERPANI, BAGIAN I

Raja Hayam Wuruk bahkan mengadakan kompetisi panahan yang disebut “Laras Panji” sebagai bagian dari perayaan peringatan Kerajaan Majapahit.

Jakarta, 01 Juli 2023 – Lahir dan tumbuh dari budaya dan tradisi, panahan menempati ruang sejarah dan menemani perjalanan masyarakat sejak dari zaman lampau. Sama halnya dengan Korea Selatan yang memiliki tradisi dan budaya panahan yang kental, catatan sejarah panahan Indonesia itu terendap di berbagai macam bukti sejarah.

Panahan Indonesia pertama kali hadir pada masa prasejarah. Sejumlah bukti arkeologi menunjukkan adanya penggunaan panah dan busur di Indonesia sejak zaman pra-Hindu-Buddha, sekitar abad ke-1 hingga ke-5 Masehi. Kala itu, panah dan busur digunakan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam berburu, pertahanan, serta upacara keagamaan.

KISAH-KISAH UTAMA DARI MAHABARATA (BAG.4) – Harian Terbit

Pada masa Kerajaan Hindu-Buddha, seni memanah berkembang pesat dan dianggap sebagai keterampilan penting bagi para prajurit dan kesatria. Beberapa relief di candi-candi, seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan menggambarkan adegan memanah sebagai bagian dari cerita epik Ramayana dan Mahabharata.

Dari prasasti dan naskah kuno di Indonesia, terdapat penjelasan mengenai penggunaan panah dan busur dalam konteks perang, olahraga, dan kegiatan kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah prasasti-prasasti yang ditemukan di Jawa dan Sumatera, seperti Prasasti Plumpungan dan Prasasti Kutai.

Selama masa Kerajaan Majapahit, pada abad ke-13 hingga ke-16 Masehi, seni memanah mencapai puncak kejayaannya. Panahan dianggap sebagai salah satu kemampuan yang penting bagi prajurit dalam pertempuran. Raja Hayam Wuruk bahkan mengadakan kompetisi panahan yang disebut “Laras Panji” sebagai bagian dari perayaan peringatan Kerajaan Majapahit.

Cerita Panji - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Setelah masa Kerajaan Majapahit, dengan berkembangnya masyarakat Islam di Indonesia, panahan tetap mendapat tempat di masyarakat. Memanah adalah salah satu olahraga yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW, yang melekat erat dengan peradaban Islam, termasuk di Indonesia.

Di beberapa suku atau komunitas di Indonesia, panah dan busur digunakan sebagai senjata tradisional. Suku Dayak, yang mendiami wilayah Kalimantan, terkenal dengan keahlian mereka dalam memanah. Panah dan busur digunakan oleh suku Dayak dalam berburu, pertahanan diri, dan dalam upacara adat mereka. Keterampilan memanah merupakan tradisi yang diwariskan secara turun temurun dalam komunitas Dayak.

Selain suku Dayang ada juga Suku Nias, yang bermukim di Pulau Nias, Sumatera Utara, Suku Sasak, yang tinggal di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Suku Mentawai, yang mendiami Kepulauan Mentawai di Sumatera Barat, Suku Toraja, yang berada di daerah Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Suku Batak di Sumatera Utara, dan suku-suku di Wilayah Papua dan Nusa Tenggara Timur.

4 Senjata Tradisional Papua dan Kegunaannya Halaman all - Kompas.com

Tidak heran banyak perayaan adat, festival budaya, yang dipertontonkan pada masa kini juga menampilkan atraksi memanah tradisional, yang muncul dari keterampilan yang diwariskan secara turun temurun.

Dengan tradisi dan budaya yang kuat tersebut, Indonesia seharusnya tidak akan kekurangan atlet-atlet panahan berbakat dan berprestasi. Memang ada perbedaan mendasar antara panahan era modern dan panahan tradisional. Tetapi, kecakapan dalam memanah itu sudah merupakan kecakapan yang merakyat, yang lahir dari akar tradisi yang kuat. Seyogyanya tradisi itu pula yang terus membawa nama Indonesia harum di kancah internasional.

https://www.indonesiaarchery.org/wp-content/uploads/2023/03/all-logo-copy.png

All contents © copyright Indonesia Archery. All rights reserved.